FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI INDONESIA
YANG SAAT INI
MASIH MENGIMPOR GARAM
Anisah Mufidah
Teknik Elektro
Institut Teknologi Kalimantan
Jalan Soekarno-Hatta KM 13, Kec. Karang Joang, Balikpapan
ABSTRAK
Garam
merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan
garam Indonesia yang mencapai 3,3 ton pertahun. Dengan kebutuhan garam
Indonesia yang besar, membuat produksi garam dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan
garam Indonesia maka, solusi kongkrit yaitu dengan mengimpor garam dari
beberapa Negara yang dapat membantu memenuhi kebutuhan garam dalam negeri. Namun,
setiap tahun kebutuhan garam dalam negeri kian meningkat yang menyebabkan jatah
impor garam juga meningkat sehingga perekonomian juga ikut berpengaruh. Dengan
impor garam berlebih mengakibatkan dampat bagi Indonesia, dibutuhkan
solusi-solusi yang sekiranya dapat membantu mengurangi dampat pada produksi
garam dalam negeri. Seperti, menjatah garam impor yang masuk ke Indonesia,
meningkatkan produksi garam dalam negeri, dan lain sebagainya.
Kata
Kunci : Garam, Indonesia Impor Garam.
I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Garam adalah mineral yang
umumnya terdiri dari natrium
klorida (NaCl),
Garam laut adalah garam yang dihasilkan dari penguapan air
laut. Garam laut memiliki banyak
kegunaan, diantaranya sebagai bumbu masak dan kosmetika. Garam
diolah dari tambang
garam, atau
dengan penguapan air
laut (garam
laut) atau
kaya mineral mata air di kolam dangkal. Garam sangat diperlukan bagi tubuh manusia dan hewan. Cairan
dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah.
Tapi, karena cairan dalam tubuh ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya,
maka tidak akan membentuk garam setelah airnya diuapkan. Garam yang di dalamnya
terkandung senyawa Kalium Iodat (Garam Beryodium). Unuk memenuhi kebutuhan
tubuh manusia, jumlah garam yang harus dikonsumsi kurang lebih adalah 9 gram.
Penguapan air laut adalah salah satu cara yang
sangat terkenal untuk membuat garam. Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air
laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter (1000 mL) air
laut terdapat 35 gram garam (namun tidak seluruhnya, garam dapur/NaCl). Air
laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang
terdapat di dalam batu-batuan dan tanah.
Untuk
membantu meningkatkan hasil produksi garam dalam negeri guna meningkatkan
perekonomian dan mengurangi adanya impor garam dari luar negeri, perlu
dilakukan perbaikan ulang secara keseluruhan mulai dari jumlah produksi garam
hingga perekonimian yang terjadi saat ini termasuk sistem produksi garam yang
dibatasi.
1.2 TUJUAN
Tujuan
dari penulisan ini dilakukan untuk melihat potensi perekonomian garam yang kian
tahun kiat merosot dapat diatasi sehingga dapat meningkatkan hasil produksi
garam Indonesia untuk mengurangi jatah impor garam.
1.3 PERMASALAHAN
Bagaimana
mengatasi masalah perekonomian mengenai produksi garam Indonesia yang dibatasi
namun impor garam terus meningkat agar produksi garam dapat ditingkatkan walau
dengan atau tanpa bantuan garam impor, kebutuhan garam tetap dapat dipenuhi.
1.4 BATASAN MASALAH
Penulis
membatasi permasalahan agar dapat terfokus dalam memberikan informasi dengan
benar dan tepat sasaran. Ruang lingkup permasalahan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengolah informasi tentang garam dan produksinya.
2. Mengolah informasi tentang kebutuhan garam Indonesia.
3. Mengolah informasi tentang faktor yang mempengaruhi Indonesia
masih mengimpor garam dan dampaknya serta solusi yang dibutuhkan.
1.5 METODOLOGI
Metodologi yang digunakan meliput:
1.
Studi Literatur
Mencari dan mempelajari berbagai macam
literatur ataupun sumber informasi baik dari buku, artikel, jurnal, majalah
maupun dari situs internet yang berhubungan dengan permasalahan terkait.
2.
Pengkajian dan Pengolahan
Data
Pengkajian dan pengolahan data yang akan dibuat
sesuai dengan literatur-literatur yang telah dipelajari dan diperoleh.
3.
Penulisan Data
Setelah data dikaji dan diolah secara
rinci dan menyeluruh selanjutnya menyusun data
sesuai data yang diperoleh.
II.
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yan
memiliki banyak bibir pantai yang bisa dimanfaatkan untuk ladang garam. Namun,
setiap tahun, Indonesia membutuhkan 3,3 juta ton garam. Untuk memenuhi
kebutuhan garam konsumsi, sebanyak 1,8 juta ton garam kebutuhan konsumsi
dipasok dari produsen lokal, sedangkan garam industri harus dipenuhi secara
impor mencapai 1,5 juta ton. Berdasarkan data yang ada, kebutuhan
garam di Indonesia pada 2014 sebanyak 3,33 juta ton. Kebutuhan garam itu
meliputi antara lain garam konsumsi 756.000 ton dan garam industri 2,57 juta
ton. Impor garam industri pada 2014 sebanyak 2,16 juta ton.
Mengapa Indonesia masih mengimpor untuk memenuhi kebutuhan
garam konsumsi Indonesia?
Berdasarkan
data AIPGI, garam konsumsi adalah garam yang dapat diolah menjadi garam rumah
tangga atau garam meja dan garam diet yang khusus dikonsumsi penderita
hipertensi. Garam industri digunakan sebagai bahan baku produksi industri
kimia, industri aneka pangan, industri farmasi, industri perminyakan, industri
penyamakan kulit, dan pengolahan air. Faktor penentu produksi garam bergantung
pada cuaca, tingkat kelembaban, kualitas air, dan luas lahan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi Indonesia dalam memenuhi kebutuhan garam konsumsi. Kendala
terbesar Indonesia saat ini yaitu, kebutuhan garam industri di Indonesia cukup
besar. Namun, produksi dalam negeri belum mampu memenuhi sehingga terpaksa
masih harus mengimpor.
Kendala yang juga sangat terlihat bagi
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri adalah masa panen dan
pengolahan garam di Indonesia relatif sangat singkat dan sederhana yang
mengakibatkan kualitas garam Indonesia menjadi sangat rendah. Di
Indonesia, proses memanen garam oleh petani hanya dilakukan dalam waktu 4
hingga 8 hari, sedangkan negara importir seperti Australia memanen hasil garam
setelah melalui proses 3 hingga 4 bulan. Akibatnya, kualitas garam Indonesia
menjadi sangat rendah. Selain itu, petani garam yang mayoritas masih
tradisional tidak melakukan beberapa tahapan pengolahan garam. Berbeda dengan
negara industri garam yang melakukan beberapa tahap untuk memperoleh garam
kualitas tinggi (high grade).
Kendala lain juga terlihat pada lahan
indonesia yang relatif sempit dan terpisah-pisah dibeberapa daerah. Indonesia
memerlukan tambahan lahan baru di tepi pantai yang relatif luas, minimal 5.000
hektar yang tidak terpisah-pisah. Saat ini, ladang garam masih
terpusat di daerah Madura, Jawa Timur. Mayoritas, sistem pengolahan pun masih
sangat tradisional. Dijelaskan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan Partogi Pangaribuan bahwa, Produksi garam dalam negeri mencapai 2,1
juta ton per tahun. Namun angka itu, hanya bisa memenuhi kebutuhan garam konsumsi
saja. Total kebutuhan garam dalam negeri sebanyak 3,5 juta ton per tahun
sehingga terpaksa ditambah dengan mengimpor garam dari Australia, India dan
lainnya.
Kendala
selanjutnya adalah teknologi. Diakui oleh Usman bahwa pihaknya sebagai
korporasi dan petani garam belum memiliki teknologi pengolahan (refinery) untuk
garam yang berkualitas rendah. Refinery diperlukan untuk menaikkan kualitas
garam agar sesuai kebutuhan industri makanan minuman yang selama ini masih
impor. Refinery garam memproses garam kualitas rendah untuk menghasilkan garam
dengan kemurnian 98%. Kadar magnesium dan kadar air diperkecil. Untuk memenuhi
standar garam terbaik setidaknya dilakukan 3 atau 4 tahapan sedangkan di
Indonesia hanya menggunaka 1 tahapan sehingga menjadikan kualitas garam
indonesia rendah.
Diungungkapkan
oleh Cucu bahwa AIPGI berkomitmen menyerap sekitar 280.000 ton garam petani
dalam dua bulan ke depan dan mampu menyerap hampir 600.000 ton. Garam petani
yang diserap dilakukan guna memenuhi kebutuhan garam konsumsi, bukan garam
industri. Garam yang diserap itu harus memenuhi standar. Pihaknya siap menolak
impor garam industri jika petani dan produsen garam di dalam negeri mampu
menghasilkan garam industri dengan kualitas terjamin. Saat ini hal itu belum
terjadi. Impor garam aneka pangan tahun 2014 sebesar 19,9 juta dollar AS.
Namun, ekspor produk industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku
garam tersebut mampu menyumbang 4,83 miliar dollar AS.
Dikatakan
oleh Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) Harjanto bahwa Nusa Tenggara Timur (NTT) berpotensi dikembangkan
sebagai lokasi produksi garam industri. Kemenperin mengusulkan agar investasi
garam industri di NTT dapat diberi fasilitas keringanan pajak. Fasilitas itu
untuk menarik investor masuk ke NTT.
Dikatakan
oleh Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih bahwa pihak Kemendag sebenarnya
menginginkan tidak adanya impor garam demi neraca perdagangan Indonesia. Akan
tetapi, permasalahan saat ini, garam dalam negeri dinilai tidak mencukupi
khususnya bagi industri. Sehingga sangat diperlukan tambahan pasokan garam dari
negara importir.
Dampak
yang dapat terjadi jika impor garam yang berlebihan masuk saat panen tiba dapat
membunuh petani garam di Indonesia, dikarenakan petani garam di
Indonesia tidak mampu menyaingi garam dari negara importir baik dalam masa
produksi, teknologi yang digunakan, kualitas maupun besarnya daya produksi yang
dapat dihasilkan sekali panen. Namun, untuk sementara pihak Kemendag belum
menutup impor garam. Sebab, peraturan mengenai impor garam tersebut masih
berlaku pada tahun ini.
Perekonomian
di Indonesia juga akan sangat berpengaruh dikarenakan kebutuhan impor garam
lebih besar daripada produksi dalam negeri sehingga menyebabkan produksi garam
dalam negeri tidak mampu mengekspor hasil garam dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian Indonesia
saat ini sedangkan untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi saja Indonesia masih
belum mampu memenuhinya.
III.
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi,
Indonesia membutuhkan 3,3 juta ton garam. Sebanyak 1,8 juta ton garam kebutuhan
konsumsi dipasok dari produsen lokal, sedangkan garam industri harus dipenuhi
secara impor mencapai 1,5 juta ton.
Faktor
penentu produksi garam bergantung pada cuaca, tingkat kelembaban, kualitas air,
dan luas lahan. Sedangkan kendala yang terjadi di Indonesia saat ini sangat
berpengaruh bagi perekonomian Indonesia. Kendala yang mempengaruhi Indonesia
masih tetap mengimpor garam konsumsi adalah lahan yang kurang memadai, tahapan
yang hanya dilakukan sekali di Indonesia memepengaruhi kualitas garam yang
jelas kalah saing dengan garam dari Negara importir yang menggunakan 3 tahapan
untuk memproduksi garam. Kendala lain yang juga berpengaruh adalah teknologi
yang digunakan Negara importer dalam memproduksi garam jelas berbeda dengan
teknik produksi garam Indonesia yang masih tradisional yang akan sangat
berpengaruh pada hasil panen yang akan diproduksi.
Dampak
dari impor garam berlebih akan membunuh
petani garam di Indonesia serta dapat menurunkan perekonomian Indonesia yang
kedepannya akan sangat berpengaruh bagi kemajuan Indonesia. Untuk itu
dibutuhkan solusi yang kongkrit untuk mengatasi dampak yang akan terjadi.
3.2 Saran
Dilihat
dari faktor dan dampak dari pengimporan garam yang terjadi di Indonesia,
terdapat solusi yang sekiranya dapat mengurangi dampak yang terjadi kedepannya.
Solusi
yang dapat dilakukan untuk mengurangi pasokan garam impor tentunya dengan
membatasi impor garam dari luar atau bahkan menghapus peraturan mengenai impor
garam. Solusi ini mungkin dapat mengurangi dampak yang akan terjadi. Solusi
lain juga dapat dilakukan seperti memperluas lahan produksi garam di
daerah-daerah pesisir yang dimana lahannya belum dimanfaatkan.
Teknologi
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi berkembang seiring
berkembangnya jaman, begitu pula pada produksi garam. Di Negara importir,
teknologi telah digunakan untuk memproduksi garam untuk meningkatkan hasil
produksi guna memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Teknologi juga dapat
menjadi solusi kongkrit bagi Indonesia untuk meningkatkan hasil produksi garam
dalam negeri sehingga kebutuhan dapat terpenuhi. Dengan begitu, hasil produksi
garam dalam negeri dapat meningkat dan mampu menyaingi hasil produksi garam
impor.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Feby
Dwi Sutianto, 2015, Kenapa sih Indonesia Masih Impor Garam?, http://finance.detik.com/read/2015/09/22/081257/3025068/4/kenapa-sih-indonesia-masih-impor-garam,
diakses pada 22 September 2015.
Estu
Suryowati, 2015, Garam Industri Masih Bergantung Impor, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/09/16/161453926/Impor.Masih.Deras.Menteri.Susi.Malas.Tingkatkan.Produksi.Garam,
diakses pada 16 September 2015.
Raisa
Adila, 2015, Kebutuhan industri jadi alasan maraknya impor garam di RI, http://economy.okezone.com/read/2015/09/25/320/1220662/kebutuhan-industri-jadi-alasan-maraknya-impor-garam-di-ri,
diakses pada 25 September 2015.
No comments:
Post a Comment